Selasa, 18 Juni 2013

LANDASAN HISTORIS

-->
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Wahyuningsih Rahayu, S. Pd.
I. PENDAHULUAN
Sejarah merupakan rentetan kejadian masa lalu yang didasari atas konsep-kosep tertentu. Orang bijak selalu mengatakan kita harus senantiasa mengingat sejarah agar menjadi maju. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah. Bung Karno masa ketika itu pernah mengucapkan “JASMERAH” yakni jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah. Karena sejarah merupakan informasi yang bermakna bagi generasi muda.
Sejarah dalam dunia pendidikan akan sangat bermakna bagi dunia pendidikan. Oleh karena itu salah satu landasan pendidika di Negara kita adalah landasan sejarah atau landasan historis. Landasan historis pendidikan merupakan rentetan kejadian yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan. Landasan histori pendidikan merupakan cita-cita dan prakrek-praktek pendidikan masa lampau yang tersurat atau tersirat masih menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Sejarah dalam pendidikan juga merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa. Oleh karena itu permasalahan yang akan dibahas dalam hal ini adalah,” Bagaimanakah landasan historis pendidikan di Indonesia?
II. PEMBAHASAN MASALAH
Landasan sejarah dalam pendidikan di Indonesia akan dilihat dari sudut pandang landasan sejarah pendidikan dunia dan landasan sejarah perkembangan pendidkan di Indonesia. Sejarah pendidikan dunia dimulai sejak zaman Hellenisme tahun 150 sM. Pendidikan zaman itu belum begitu banyak memberikan kontribusinya dalam pendidikan seperti sekairang ini. Pada paparan ini akan dideskripsikan mengenai landasan sejarah dunia dan landasan sejarah pendidikan di Indonesia.
A. Landasan Sejarah Dunia
Landasan historis pendidikan dunia secara bertahap mulai dari jaman realisme yang menghendaki bahwa menghendaki pikiran yang praktis. Gerakan ini mendorong berkembangnya ilmu-ilmu pengetahuan alam. Salah satu tokohnya adalah Francis Bacon (abad 17) yang menemukan metode induktif. Pendapat dari Bacon ini antara lain: 1) menemukan dan mengembangkan pengetahuan, pandangan harus diarahkan kepada realita ala mini serta hal-hal yang praktis, 2) alam lingkungan adalah sumber pengetahuan yang bisa didapat melalui alat-alat indera, 3) menggunakan metode berpikir induktif, 4) mengembangkan pengetahuan dengan eksperimen, dan penggunaan bahasa daerah lebih diutamakan. Tokoh lainnya adalah Johann Amos Comenius.
Setelah jaman realism berkembanglah paham rasionalisme dengan tokohnya John Locke pada abad 18. Teorinya terkenal dengan teori tabularasa atau a blank sheet of paper. Selanjutnay abad ke-18 muncul aliran baru yaitu naturalis sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. Tokohnya adalah JJ Roesseau yang menentang kehidupan yang tidak wajar sebagai akibat dari rasionalisme. Ia menginginkan keseimbangan antara kekuatan rasio dengan hati.
Pada abad19 muncul penganut aliran development yang memandang proses pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa. Tokohnya adalah Pestalozzi, johan Fredich herbart, Freidch Wilhelm Frobel di Jerman, dan Stanley Hall di Amerika Serikat. Jaman development ini kemudian diikuti oleh zaman nasionalisme, yaitu paham yang muncul sebagai upaya upaya membentuk patriot-patriot bangsa, mempertahankan bangsa dari imperialis. Tokoh aliran nasionalisme ini antara lain: :La Chalotais di Perancis, Ficchte di jerman, dan Jefferson di Amerika Serikat. Tujuan pendidikan mereka adalah menjaga, memperkuat , dan mempertinggi kedudukan Negara. Abad ke 19 ini juga ditandai dengan liberalism dan positivism, dengan bukti adanya sekolah-sekolah dipakai sebagai alat untuk memperkuat kedudukan penguasa/pemerintahan. Kemudian pada abad ke 20 munculah aliran social dalam pendidikan. Tokohnya adalah Paul Natorp dan George Kerchensteiner di Jerman serta John Dewey di Amerika Serikat. Para tokoh ini memiliki pendapat bahwa masyarakat mempunyai arti yang lebih esensial dari pada individu. Beberapa ahli pendidik yang terkenal di abad 20 ini adalah Maria Montessori, Ovide Decroly, dan Hellen Parkhurst.
B. LANDASAN SEJARAH PENDIDIKAN DI INDONESIA
Secara historis landasan pendidikan di Indonesia menurut Mudyahardjo, (1998: 128) dibedakan dalam tiga tonggak yaitu : pendidikan tradisional, pendidikan kolonial barat, dan pendidikan kolonial Jepang.
a. Pendidikan tradisional yaitu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunai, yaitu Hindu, Budha, Islam, dan Nasrani (Katholik dan Protestan).
b. Pendidikan Kolonial barat yaitu penyelenggaraan pendidikan colonial kan di Indonesia oleh pemerintah colonial Barat terutama Belanda.
c. Pendidikan kolonial Jepang yaitu pendidikan di Indonesia yang diselengngarakan oleh pemerintah Jepang. Adapaun penjabaran masing-masing tonggak itu sebagai berikut:
Adapun penjelasan dari masing-masing masa tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Penddikan Tradisional
a. Pendidikan Hindu Budha
Agama Hindu dan Budha mulai datang ke Indonesia sekitar abad ke 5, tumbuh dan berkembang secara harmonis. Ajaran agama Hindu membagi keseluruhan hidup manusia dalam empat masa yang disebut catur asrama (Asrama berasal dari bahasa Sansekerta Srana yang berarti usaha seseorang). Ajaran Catur Asrama terdiri atas: Brahmacharya asmara (tibngkat hidup berguru), Gristhasrama (tingkat hidup berumah tangga), vanaprasha asrama ( tingkat hidup mengasingkan diri) dan Samnyasa asrama (tingkat hidup berkelana). Tujuan pendidikan agama hindu adalah sama dengan tujuan yang diajarkan oleh agamanya. Ajaran agama hindu menyangkut 3 aspek yaitu Tatwa (filsafat), susila (etika), dan upacara yaitu pelaksanaan yang banyak berkaitan dengan adat istiadat. Dalam filsafat agama Hindu berdasarkan kita Weda Sang Yang Widhi menytakan dirinya sesuai dengan fungsinya dlama bentuk Tri Murti atau Tri Sakti, yaitu: Barhma dalam fungsinya sebagai pencipta, Wisnu dalam fungsinya sebagai pelindng dan pemelihara, siswa dalam fungsinya sebagai praline atau pelebur dunia serta isinya dan mengembalikannya melalui peredaran ke asalnya.
Pendidikan pada masa ini dikenal dengan perguruan. Macam-macam perguruan ketika itu adalah peguron kraton dan peguron biasa. Peguron Kraton yaitu karton atau puri dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan. Pendidikan dilakukan oleh Bapak terhadap abaknya atau seorang Raja menunjuk pendeta yang dianggap mempunyai keahlian dalam bidang sastra yang meliputi segala aspek pengnetahuan yang berkaitan dengan agama, etika, filsafat, pemerintahan, hokum, dan dia diangkat menjadi pendeta istana dengan nama Bhagawanta. Contoh: Pemerintaha Waturenggong di gelgel Bali, pendeta yang diangkat yaitu: Pedneta Dang Hyang Dwijendra dan seorang pendeta budha Dang Hyang Astapaka. Sedangkan peguron biasa didirikan diluar istana yang dipimpin oleh seorang yang berilmu. Para murid disebut sisya atau cantrik, sedangkan tinggalnya di pondok ( asrama) yang disediakan oleh peguron. Peguron ini terutama mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama.
b. Pendidikan Islam Tradisional.
Perkembangan Islam di Indnesia membawa kebudayaan ke Indonesia pula. Abat ke 13 pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia. Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah Samudera Passai di Aceh, kemudian menyebar ke daerah lain hingga sampai pada kerajaan Demak di Jawa. Penyelenggaraan pendidikan pada masa ini adalah pendidikan yang berkaitan dengan agama Islam. Tujuan pendidikannya sama dengan tujuan hidup agama Islam yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah dengan ajaran yang disampaikan nabi Muhammad dalam bentuk Al Quran. Penyelenggaraan pendidikan Islam tradisional dilaksanakan terpusat tetapi banyak dilakukan secara perorangan, biasanya para ulama Islam dalam rangka penyebaran agama Islam.
Pembinaan dan penyebaran terkoordinasi dan dilaksanakan oleh para Wali di Jawa terutama Wali Sanga. Perkembangan Pendidikan Islam Tradisional sampai pada pertengahan abad 19 mendapat tantangan dengan masuknya pemerintah kolonial Belanda memlalui program politik Etisnya.
c. Pendidikan Katolik dan Protestan
Pendidikan katolik di Indonesia diawali dengan kedatangan bangsa Potugis. Apalagi Portugis bercita-cita membangun negeri jajahan. Bangsa Potugis mulai datang ke Indonesia sekitar abad 16. Dengan kedatangan bangsa asing, mereka mendirikan sekolah Misionaris yang bertujuan untuk menyebarkan agama Katolik. Sekolah Misionaris itu antara lain: 1) Fanciscus Xaverius, Orde Jesuit, dan Pendirian sekolah Katolik. Orang Portugis selaian ingin mencari kekuasaan, emas, juga ingin menyebarkan agamanya termasuk ke Indonesia. Dalam kegiatan perdagangan, meraka sambil menugasi paderi-paderi untuk menyebarkan agama katolik hinga dapat berkembang sampai Ternate, tidore, dan Ambon. Bahkan sampai padsa Nusa tenggara dan Sulawesi.
Kemudian kedatangan orang Belanda membawa pendidikan Protestan ke Indonesia. Dengan adanya kongsi dagang belanda (VOC) maka Portugis semakin terdesak, dan Belanda semakin menguasai Indonesia. Oleh karena itu pengaruh Protestan semakain berkembang di Indonesia. Sikap VOC terhadap pendidikan adalah: membiarkan terselenggaranya pendidikan Islma tradisional di Nusantara, mendukung diselenggarakannya sekolah yang bertujuan menyebarkan agama Kristen. Sekolah sekolah yang didirikan VOC antara lain (Sekolah Zending ): Sekolah Pertma di Ambin dengan tujuan mendidika anak-anak anak Ambon melalui Bahasa Belanda dan melayu menjadi penganut agama Kristen Protestan., Sekolah pertama dibuka di Kepulauan Banda, pula dengan asrama tahun 1622, dll. Sekolah zending ini berkembang hingga di seluruh Nusantara, terakhir di banten tahun 1779.
2. Pendidikan Masa Kolonial Barat
Pendidikan kolonial Belanda mulai abad 19 dan 20. Pemerintahan Belanda dalam penyelenggaraan pendidikan untuk Bumiputera didasarkan pada kecenderungan aliran Liberalisme yang berkembang di Belanda, sehingga pendidikan agama tidak diberikan di sekolah, politik diskriminasi antara pribumi dengan orang Eropa yang ditegaskan dalam Algemene Bepalingen Van Wetgeving (1848) yang kemudian ditetapkan tiga golongan rakyat Indonesia yaitu: Orang Eropa, Bumiputera, dan Orang Timur Asing. Kharakteristik system penyelenggaraan pendidikan Belanda : 1) Dualistik Diskrimiatif yaitu membedakan pendidikan untuk orabg Eropa, bumiputera. Sekolah Eropa berbahasa pengantar Belanda, sekolah bumi putera berbahasa pengantar Melayu atau bahasa daerah, 2) sentralistik yaitu pemerintah kolonial Belanda mempunyai wewenang mengatur penyelenggaraan pendidikan baik pendidikan untuk orang Eropa maupun bumiputera. 3) tujuan pendidikan bumi putera menghasilkan tamatan yang menjadi warganegara Belanda kelas II yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pegawai negeri atau perusahaan swasta Belanda dan tingkat ,menengah dan rendah. Ada 3 macam tingkatan pendidikan jaman ini yaitu: sekolah dasar dan lanjutan untuk golongan Eropa, Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Raja untuk golongan penduduk Pribumi, dan sekolaha kejuruan untuk dapat diikuti oleh golongan eropa dan primbumi.
Pada jaman kolonial Belanda ini beberapa tokoh di Indonnesia berusaha untuk mencerdaskan bangsanya dengan mendirikan lembaga pendidikan untuk mengembalikan harag diri dan martabatnya yang hilang karena dijajah Belanda. Tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia pada masa itu antara lain: Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Mumahamad Syafei mendirikan INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada tahun 1926. Sekolah ini lebih terkenal dengan sebutan sekolah Kayutanam . Tujuan pendidikannya adalah mendidik anak-anak kearah hidup yang merdeka, melalui pendidikan hidup mandiri.
Tokoh pendidikan lainnya pada masa itu adalah Ki hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta, serta Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta juga, pendidikannya terkenal dengan pendidikan Muhammadiyah.
3. Pendidikan Masa Kolonial Jepang
Pendidikan jaman Jepang dilaksanakan atas dasar landasan Idiil Hakko-Ichi-U yang berarti bahwa pendidikan adalah alat untuk mencapai lingkungan kemakmuran bersama Asia Timur Raya yang dalam arti dekat membantu memenangkan perang Asia Timur. Bahasa pengantarnya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Belanda dilarang sama sekali, dan Bahasa Jepang menjadi bahasa ke dua setelah diajarkan Bahasa Indonesia. Dualirtis dan diskriminatif dihapus dalam sistem pendidikan sehingga terjadi pengintegrasian terhadap macam-macam sekolah sejenis. Jenis sekolahan jaman Jepang : Sekolah Rendah (large Oriderwijs diganti Sekolah rakyat (Kokumin Gakho, yang terbuka bagi semua golongan penduduk dengan lama pendidikan 6 tahun.
Sekolah Menengah pertama (Shoto Chu Gakho) Sekolah Menengah Tinggi (koto Chu Gakho) sekolah pertukangan (Kogyo Gakho, Sekolah Teknik menengah (kogya Semmon Gakho,s ekolah hukun dan Mosvia dilhilangkabn, sekolah menajdi 3 yaitu: Sekolah Guru Dua tahun (syoto Sikan Gakho) sekolah Guru 4 tahun (koto Sihan Gakho) dans ekolah guru enam tahun ( kkoto sihan Gakho). Serta sekolah eprtanian (nogya Gakho) di tasikmalaya dan Malang dengan lama pendidikan 3 tahun.
Perguruan tinggai zaman Jepang hampir semuanya ditutup., yang masih ada sekolah tinggi kedokteran (ika Dai Gakho) di Jakarta dan Sekolah Teknik Tinggi (agyo Dai Gakho) di Bandung. Jepang membuka sekolah tinggi pamong praja (kenkoku Cakuin) di Jakarta dan sekolah tinggi kedorkteran hewan di Bogor.
Landasan hidtoris pendidikan di Indonesia menurut Pidarta (2007: 137) juga dilengkapi dengan masa pembangunan dan masa reformasi. Pendidikan pada masa pembangunan dilaksanakan setelah Indonesia merdeka dengan tujuan seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Pendidikan masa pembangunan ini dikembangkan dengan kebijakan link and macth. Inovasi pendidikan juga sudah dilaksanakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan.
Pada masa reformasi diawali dengan runtuhnya orde baru sekitar tahun 1998, jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah diubah menjadi jalur pendidikan formal, informal, dan nonformal. Penyelenggaraan pendidikan mulai desentralisasi. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan sudah diusahakan misalnya melalui MBS, life skill, CTL, dan lain-lain.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi dari landasan histori pendidikan di dunia maupun di Indonesia tersebut, ilmplikasi konsep pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah mewujudkan pendidikan yang dapat mencapai tujuan yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 di era globalisasi ini dan senantiasa menciptakan pendidikan yang berwawasan luas dan bermartabat untuk kepentingan bangsa dan Negara Indonesia.
Buku Sumber:
Nana Syaodih Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rieneka Cipta.
Redja Mudyahardjo, 1998, Pengantar Pendidikan. Jakarta: Grafindo Persada.


LANDASAN HISTORIS KEPENDIDIKAN
Tugas Kelompok II
Mata Kuliah : Landasan Kependidikan
Dosen : Dr. Titi Prihatin, M.Pd.

Oleh
WAHYUNINGSIH RAHAYU NIM. 0103510016
KUSMINAH NIM. 0103510018
PRODI PENDIDIKAN DASAR
KONSENTRASI BAHASA INDONESIA
PPS UNNES
2010

1 komentar: