MAMPUKAH METODE BELAJAR SURVEY Q3R MENINGKATKAN MINAT BACA PESERTA DIDIK
SEKOLAH DASAR
Oleh: Wahyuningsih Rahayu, S. Pd
Benarkah motivasi peserta didik dalam membaca sekarang ini rendah? Era sekarang ini anak lebih suka melihat televisi dengan acaranya yang senantiasa menarik dari pada membaca. Hal ini menjadi tantangan yang tidak ringan bagi pendidik. Seorang pendidik harus dapat menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan merangsang belajar siswa. Pendidik dan orang tua hendaknya mengkondisikan anak untuk mau membaca baik di sekolah maupun di rumah.
Membaca adalah kunci untuk mendapatkan Ilmu Pengetahuan. Seseorang akan ketinggalan jauh terhadap informasi yang aktual apabila tidak mau membaca. Apalagi siswa, tidak termotivasi membaca maka dia tidak akan dapat belajar dengan baik. The Liang Gie (1998:61) mendefinisikan: “Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan secara penuh perhatian untuk memahami makna sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk lambang dan huruf”. Membaca merupakan upaya seseorang untuk mempelajari dan memahami terdapat suatu isi buku. Maka dari itu hendaknya siswa sejak Sekolah Dasar dibiasakan untuk dapat melakukan membaca yang efektif dan efisien. Adapun ciri-ciri seseorang yang membaca efisien menurut The Liang Gie (1998: 59) adalah sebagai berikut: (1) memiliki kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam membaca, (2) dapat membaca secara cepat, (3) dapat menangkap dan memahami isi bahan bacaannya, dan (4) seusai membaca dapat mengingat butir-butir gagasan utama dari bahan bacaanya.
Kegiatan belajar siswa akan efektif apabila ditunjang dengan media dan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu metode yang dapat digunakan siswa dalam belajar adalah metode membaca dengan Survey Q3R. Metode ini dapat dimanfaatkan siswa untuk membaca buku sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan tinggi. Cara membaca buku dalam kegiatan belajar perlu mendapatkan perhatian, karena hal ini erat kaitannya dengan pemahaman materi buku yang dipelajari siswa. Oleh karenanya seorang guru perlu menanamkan cara membaca buku yang baik dan efisien sehingga siswa dapat menghemat waktu belajarnya. Penananan sikap dan cara amembaca buku yang efektif dapat dilakukan sejak anak duduk di Sekolah Dasar, hal ini karena pengetahuan di Sekolah Dasar merupakan pondasi untuk pendidikan berikutnya.
Metode belajar adalah cara yang digunakan agar dapat belajar dengan baik. Metode belajar Survey Q3R menurut The Liang Gie (1998: 68) adalah metode membaca yang disarankan pertama kali oleh Prof. Francis P. Robinson dari Ohio State University di Amerika Serikat. Metode Survey Q3R mempunyai arti Survey berarti menyelediki, Question mempunyai arti pertanyaan, Read adalah membaca, Recite memiliki arti meringkas dan Review adalah mengulangi. Metode belajar survey Q3R merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru atau orang tua siswa untuk dapat meningkatkan minat baca anak terhadap bahan-bahan ajar maupun pengetahuan lainnya.
Dalam belajar yang menggunakan metode ini meliputi lima langkah yang harus ditempuh oleh siswa, yaitu: 1) Langkah pertama metode ini adalah dengan survey atau menyelidiki bab, pembagian paragraf, judul yang tercantum dalam daftar isi, juga judul gambar maupun grafik dan tabel. Pendekatan ini akan membantu siswa menata gagasan-gagasan ketika akan membaca selanjutnya, 2) Langkah kedua kegiatan ini adalah Question, yang berarti menanyakan. Dalam hal ini siswa hendaknya mengubah judul yang pertama itu menjadi pertanyaan yang akan mengundang rasa ingin tahu dan dapat meningkatkan pemahaman. Dari pertanyaan yang telah disusun siswa mencari jawabannya dalam bacaan, 3) Langkah ketiga adalah Read yang mengandung arti membaca. Dalam membaca ini bertujuan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang telah disusun, sehingga siswa tidak pasif tetapi aktif untuk memahami isi bacaan. Dalam membaca buku ini kegiatan siswa benar-benar untuk mendapatkan pengetahuan yang belum diketahuinya, sehingga berbagai pertanyaan yang timbul sebelumnya dapat terjawab, 4) Langkah keempat adalah Recite yang berarti mendaras. Kegiatan dalam tahap ini adalah membuat ringkasan yang merupakan inti dari bacaan. Pada waktu mendaras ini dapat diulangi beberapa kali sampai dapat memahami betul isi bacaan hingga dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan dari ringkasan yang telah disusun, dan 5) Langkah kelima adalah tahap Review yang berarti mengulangi. Bila pelajaran telah selesai dibaca maka catatan-catatan kecil atau ringkasan dapat dilihat kembali untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh terhadap butir-butir dan hubungannya. Selain itu pengujian ingatan kita dari bacaan dapat dilakukan dengan menutupi catatan dan mengingat kembali butir-butir utama itu. Dari butir utama itu dapat untuk mengingat isi dari beberapa sub butir yang berkaitan.
Metode Survey Q3R di atas dapat dimanfaatkan oleh guru Sekolah dalam memberikan pelajaran membaca bagi anak (untuk siswa yang telah dapat membaca dengan lancar). Sebab dalam pelajaran dengan menggunakan metode membaca Survey Q3R siswa harus dapat melakukan membaca dalam hati, memahami isi bacaan dan mampu menguasahi isi bacaan. Penanaman cara membaca buku ini dapat dilakukan guru dengan cara membiasakan anak didik membaca di perpustakaan atau membaca buku apa saja yang anak kehendaki anak, dengan tujuan agar anak termotivasi membaca. Selain itu guru juga dapat menerapkan metode membaca ini dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran bahannya berupa bacaan seperti pelajaran IPS, PKn, atau mata pelajaran lainnya.
Metode belajar ini dapat dimanfaatkan siswa untuk belajar di rumah. Sebab metode belajar ini apabila dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh siswa, ilmu pengetahuan yang didapat akan tahan lama dan tidak hanya sekedar membaca dan tentu minat baca anak terhadap buku dapat meningkat. Selamat mencoba, semoga sukses menyertai kalian!!!
PENULIS:
Nama : Wahyuningsih Rahayu, S. Pd
Tempat/ Tgl lahir : Boyolali, 7 Februari 1971
Pekerjaan : Guru Sekolah Dasar Negeri Batursari 5 Kecamatan Mranggen- Demak.
Telepon : 024 6710461 / 081325442803
Alamat : Jl. Pucang Asri II/12 Pucangngading 59567
SERTIFIKASI MEMBUAT GURU MAKIN MAJU ATAU BEKU
Benarkah program sertifikasi mampu membuat guru semakin maju? Undang-undang guru dan dosen telah disahkan sejak tahun 2004, namun baru tahun 2006 mulai ada realiasi, yakni adanya program sertifikasi guru. Dengan adanya program ini disambut oleh kalangan guru dengan suka ria, luka, serta biasa-biasa saja.
Kalangan guru yang menyambutnya dengan suka ria adalah mereka yang telah berpendidikan S1 atau D4 seperti yang disyaratkan sertifikasi, masa kerja memenuhi syarat baik PNS maupun swasta. Mereka yang menyambutkan dengan luka adalah guru yang masa kerjanya sudah cukup lama, hampir memasuki usia pensiun dan belum berijazah S1. Sedangkan guru yang menanggapinya dengan biasa saja adalah mereka yang belum memenuhi syarat sertifikasi baik ijazah, usia, maupun masa kerja.
Portiofolio merupakan salah satu jalur yang digunakan untuk ukuran sertifikasi sekarang ini. Program ini menghitung jumlah point guru yang dikumpulkan sejak ia menjadi guru hingga sekarang ini. Dalam penyusunan portofolio meliputi kualifikasi akademik, pengembangan profesi, pengalaman mengajar, penilaian atasan, keikutsertaan guru dalam organisasi, peran guru dalam kegiatan ilmiah dan lain-lainnya.
Guru yang aktif akan dengan mudah menyusun portofolio dengan nilai estándar yang ditentukan, yakni minimal 850 point. Namun bagaimana dengnan guru yang pasif? Binguuung bukan kepalang, kan ?
Terbayang dalam benaknya tunjangan 1 kali gaji bakal terhambat, nih….! Mereka berpikir bagaimana caranya mengumpulkan point-poin itu? Lantas mereka berlomba-lomba mengikuti seminar. Setiap ada seminar diburunya, kadang-kadang sampai meninggalkan anak didiknya. Benarkah cara ini yang dikehendaki?
Tentu bukan, bila yang diharapkan adalah sekedar pengumpulan poin portofolio, maka kinerja guru akan semakin beku. Tapi bila ingin maju, maka guru yang telah tersertifikasi harus dievaluasi kinerjanya setiap saat, bukan hanya jumlah nilai yang mereka kumpulkan yang dinilai.
Bila ada tindak lanjut yang efektif, maka sertifikasi yang diprogramkan pemerintah juga akan meningkatkan mutu pendidikan yang diharapkan, namun jika hanya sekedar untuk pengumpulan nilai maka porgram pemerintah yang menelan berjuta-juta rupiah akan sia-sia saja.
Tentu saja, semua itu tergantung pada hati nurani semua pendidik kita, dengan sertifikasi akan semakin maju atau semakin beku, sehingga senang mendapatkan tunjangan tapi kinerja malah semakin amburadul. Tetapi nurani seorang guru tentu akan selalu menjadikan yang terbaik untuk anak didik maupun kemajuan bangsa ini. Siapa lagi yang mau peduli jika pendidik saja tidak peduli?
Penulis: Sri Hidayah, S. Pd
SD Negeri Batursari 7
SALAH SIAPA PELAJARAN IPS DIANAK TIRIKAN?
Mengnapa anak sekarang ini cenderung memandang sebelah mata pelajaran IPS? Padahal pembelajaran yang efektif dapat memanfaatkan berbagai media dan metode secara bervariasi agar menimbulkan minat dan motivasi belajar peserta didik terhadap semua mata pelajaran di sekolah. Namun demikian akhir-akhir ini mata pelajaran Pengetahuan Sosial (IPS) sering hanya dilirik dengan mata sebelah oleh peserta didik. Hal ini karena mata pelajaran ini cakupan materinya terlalu luas, dan tidak termasuk dalam UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 39 Tahun 2007 tentang Ujian Akhir Berstandar Nasional, pada pasal 6 yang menyatakan bahwa Mata Pelajaran yang diujikan pada UASBN Tahun Pelajaran 2007/2008 meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan kondisi ini, anak cenderung malas dan enggan memperhatikan pelajaran IPS, apalagi apabila cara penyampaian guru cenderung monoton dan konvensional.
Hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa nilai mata pelajaran IPS masih terendah bila dibandingkan dengan nilai ulangan harian mata pelajaran lainnya. Masih banyak peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan Sekolah. Penyebab lain rendahnya nilai mata pelajaran IPS berdasarkan pengamatan lapangan dan informasi dari beberapa peserta didik, ternyata karena pada dasarnya anak malas membaca buku pelajaran IPS. Padahal materi yang cukup luas dalam buku tidak mungkin dimengerti anak apabila anak tidak tertarik untuk membaca.
Melihat fenomena itu, seorang pendidik hendaknya menciptakan kegiatan pembelajaran yang dapat menarik minat dan motivasi peserta didik dalam belajar IPS. Untuk meningkatkan motivasi, perlu upaya guru menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik. Oleh karena itu pemilihan media yang relevan akan membantu keberhasilan usaha guru. Media yang digunakan dapat mulai dari media yang sederhana hingga media yang canggih dan modern, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta materi yang akan diajarkan. Salah satu media yang dapat dimanfaatkan dalam mengatasi permasalahan tersebut adalah media komputer.
Dengan memanfaatkan media komputer, diperlukan pula strategi yang efektif. Maka pemilihan metode yang menyenangkan bagi peserta didik merupakan solusi yang dapat diusahakan guru. Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar di antaranya adalah metode kuis, yakni metode yang digunakan guru dengan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi pelajaran IPS, dan apabila anak menjawab salah maka ia mendapatkan sanksi.
Progarm yang dipilih dalam mendesain materi adalah MS Power Point. Materi yang akan diajarkan dikemas dalam bentuk pertanyaan, disediakan alternatif jawabannya, saksi bila anak menjawab salah serta tugas anak apabila mereka dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar.
Pembelajaran dilakukan di kelas dengan satu komputer ataupun di laboratorium komputer. Setelah anak mendapatkan penjelasan guru, maka anak dapat melakukan membaca di kelas maupun di luar kelas dengan kelompoknya. Materi yang dibaca dapat mengambil dari sembarang buku yang penting sesuai dengan bahasan pada waktu itu. Setelah mereka siap maka mereka mempraktikkan kegiatan kuis dengan bantuan media komputer. Kegiatan dilakukan secara kelompok. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab materi yang dikerjakan di dalam kuis.
Alternatif ini merupakan salah satu untuk membangkitkan motivasi belajar anak terhadap pelajaran IPS. Dengan strategi pembelajaran guru yang bervariasi, maka mata pelajaran IPS yang cukup dianaktirikan oleh siswa dapat kembali diminati untuk dipahami dan dimengerti siswa. Meraih hasil belajar IPS yang lebih optimal tak perlu mencari siapa yang salah, tetapi mencari bagaimana agar anak termotivasi untuk mau belajar lagi.
Penulils: Sulastri, S. Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar