Rabu, 11 April 2012

KETERAMPILAN MENYIMAK


MENGANALISIS KETERAMPILAN MENYIMAK
Oleh: Wahyuningsih Rahayu, S. Pd
Apakah menyimak itu? Bagaimana anda membelajarkan anak menyimak? Menyimak menurut Ghazali (2010: 168) adalah sebuah sarana untuk memulai produki bahasa lisan. Pengertian lain dipaparkan oleh Subyantoro (2009:12) yang menyatakan bahwa menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan orang lain. Dalam menyimak terjadi kesengajaan untuk memahami apa yang disimaknya.
Rost dalam Subyantoro (2009:12) mengemukakan komponen-komponen dalam menyimak, antara lain: 1) pembedaan bunyi-bunyi bahasa; 2) pengenalan kata-kata; 3) mengidentifikasikan kelompok-kelompok kata yang gramatikal; 4) pengidentifikasian satuan-satuan pragmatis, ekspresif, dan seperangkat ujaran yang berfungsi sebagai satu-kesatuan untuk menciptakan makna; 5) menghubungkan antara linguistik dan paralinguistik (intonasi dan tekanan); 6) penggunaan latar belakang pengetahuan(apa yang telah diketahui tentang isi dan bahan simakan) dan konteks (apa yang telah diujarkan); dan 7) pengingatan kata-kata atau ide-ide yang penting. Keberhasilan menyimak sangat tergantung pada kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen di atas. Maka dari itu kpendidik hendaknya menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran untuk menguasai komponen-komponen tersebut sebagai bekal dalam kegiatan menyimak.
Langkah pertama kegiatan peserta didik pada waktu menyimak ini menurut Iskandarwassid (2008:227) adalah proses psikomotorik untuk menerima dan gelombang suara melalui telinga dan mengirimkan impuls-impuls tersebut ke suara melalui teling dan mengirimkan impuls-impuls tersebut ke otak. Selain itu, dalam upaya menerapkan pendidikan karakter melalui kegiatan menyimak bagi anak sekolah dasar khususnya, seorang guru hendaknya memperhatikan pula 8 proses dalam kegiatan menyimak cerita yang didengar menurut Brown dalam Iskandarwassid (2008:227), yaitu: 1) pendengar memproses raw speech dan menyimpan image darinya dalam short term memory, 2) pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa pembicaraan yang sedang diproses, 3) pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara, 4) mendengar me-recall latar belakang informasi (melalui skema yang ia miliki) sesuai dengan konteks masalah yang ada, 5) pendengar menentukan arti atau maksud dari cerita, 6) pendengar mencari pesan yang ia dengar, 7) pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang ia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda, dan 8) pendengar menghapus bentuk-bentuk pesan yang ia terima.
Lund dalam Ghazali (2010:184) mengajukan sebuah taksonomi yang menganalisis kegiatan pembelajaran menyimak, dimana dalam klasifikasi ini setidaknya ada 5 unsur yang perlu diperhatikan di dalam pembelajaran menyimak. Kelima keterampilan itu adalah:
1. Fungsi-fungsi atau aspek-aspek dari pesan yang bisa jadi berusaha diproses oleh pendengar adalah: 1) indentifikasi pesan, 2) orientasi pesan, 3) pemahaman terhadap ide utama dari pesan, 4) pemahaman terhadap rincian-rincian dari pesan, 5) pemahaman secara penuh terhadap pesan, dan 6) replikasi.
2. Pendengar dapat memberikan respon lewat salah satu dari Sembilan kemungkinan berikut ini: 1) memberikan reaksi secara fisik dengan melakukan sesuatu, 2) memberi reaksi dengan memilih sesuatu, 3) member reaksi dengan mentransfer, 4) member reaksi denngan memampatkan pesan, 6) member reaksi dengan memperluas teks, 7) menduplikasi pesan ke dalam bentuk lain, 8) membuat laporan, dan 9) bercakap-cakap secara interaktif dengan rekan mengenai isi dari sebuah teks lisab tertentu.
3. Tipe dari teks, seperti iklan, berita, percakapan, dan lain-lain.
4. Topik dari teks, seperti makanan, pakaian, perjalanan, dan lain-lain.
5. Metode dari penyajian teks, seperti penggunaan kegiatan pra menyimak, video, rekaman audio, atau naskah tertulis.
Keterampilan menyimak, dapat dirancang dalam kegiatan pembelajaran dengan berbagai tujuan, dapat berupa berbicara, membaca, ataupun menulis, ataupun memberikan respon berupa tindakan terhadap sebuah situasi lisan tertentu. Tugas menyimak dapat dilakukan dengan: 1) berbagai macam teks, 2) berbagai macam topic, 3) berbagai macam fungsi bahasa, 4) berbagai macam strukstur wacana, dan unsur-unsur linguistik. Adapun keterampilan menyimak di Sekolah Dasar menurut Ghazali (2010: 190) analisis kegiatan menyimak terhadap teks lisan bagi siswa dapat berupa: 1) membuat ringkasan, 2) menjawab pertanyaan, 3) menyimak secara efektif untuk dapat informasi tertentu, 4) membuat gambar berdasarkan deskripsi teks lisan, 5) membuat dramatisasi terhadap teks lisan, 6) melaporkan secara lisan tentang pokok-pokok teks, 7) membuat garis besar teks lisan, 8) mengisi bagan berdasarkan teks lisan, 9) mengajukan pertanyaan tentang isi teks dari teks lisan, 10) mengulangi bahasa yang digunakan dalam teks lisan, 11) membuat dialog berdasarkana teks lisan, dan 12) membuat teks lisan yang mirip dengan teks yang didengarkan.
Dalam memberikan nilai dalam kegiatan menyimak menurut Anderson dalam Ghazali (2010: 192) guru perlu memperhatikan tiga aspek dari menyimak, yaitu: 1) jenis input, 2) bantuan yang didapatkan siswa dari konteks, dan 3) jenis tugas yang dilakukan siswa.

Senin, 09 April 2012

Model Pembelajaran Induktif

MODEL PEMBELAJARAN INDUKTIF

OLEH: WAHYUNINGSIH RAHAYU

Model pembelajaran induktif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa belajar bagaimana berpikir secara induktif, yaitu membantu siswa untuk berkonsentrasi pada suatu ranah yang dapat mereka kuasai, tanpa menciutkan hati mereka yang menghasilkan gagasan, membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual tentang ranah tertentu, mengkonversi pemahaman konseptual menjadi keterampilan.

Model berpikir induktif meyakini bahwa siswa sebagai peserta didik merupakan konseptor ilmiah. Setiap saat seseorang selalu berusaha untuk melakukan suatu konseptualisasi dalam hal apapun, proses berpikir induktif diperlukan Model berpikir induktif mempunyai beberapa karakteristik utama antara lain; Fokus membantu peserta didik untuk berkonsentrasi pada satu ranah/kemampuan berpikir (bidang penelitian) yang dapat mereka kuasai, tanpa mengecilkan keinginan dalam hati mereka yang jelas membuatnya tidak bisa menggunakan seluruh kemampuan untuk menghasilkan suatu gagasan yang luar biasa. Hal utama yang perlu dilakukan adalah menyajikan seperangkat data yang menyediakan informasi terhadap suatu cakupan mata pelajaran tertentu dengan meminta peserta didik mempelajari sifat-sifat objek dalam perangkat yang disajikan tersebut.

Dengan fokus terhadap suatu kajian tertentu yang familiar di telinga dan mata peserta didik hal ini diharapkan dapat mendukung dan mencapai proses pembelajaran yang optimal sebagaimana tujuan yang akan dicapai pada standar isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar).
Pengawasan/kontrol konseptual, ini membantu siswa mengembangkan kemampuan konseptual terhadap satu ranah/bidang kajian tertentu.

Dalam hal proses membangun pemahaman secara konseptual pada proses klasifikasi secara abstrak, peserta didik tanpa disadari tentunya akan melakukan suatu aktifitas yang melibatkan unsur motorik dan tentunya kognitif mereka. Melalui proses kategorisasi dan pengelompokan ini, peserta didik akan menggunakan tangannya untuk menulis dan memikirkan jenis pengelompokan yang digunakan untuk membedakan mana yang termasuk kegiatan produksi, kegiatan distribusi, dan mana yang termasuk kegiatan konsumsi. Model berpikir induktif dapat membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah (dengan tahap perkembangan usia dan berpikir peserta didik) dengan teliti, mengolah informasi ke dalam konsep-konsep, dan belajar memanipulasi konsep-konsep tersebut.

Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Indontesia kelas VI semester 2,

Standar Kompetensi: Menulis (Mengungkapkan pikiran dan informasi secara tertulis dalam bentuk teks fungsional dialog pendek sangat sederhana)

Kompetensi Dasar : Menyusun teks fungsional (dialog, kalimat langsung, kalimat tak langsung) dengan bahasa yang baik dan benar, serta memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda baca.

I. SKENARIO

Seorang guru akan mengajarkan materi tentang “kalimat langsung” dan “kalimat tak langsung” di kelas enam. Materi ini termasuk dalam aspek menulis kalimat teks fungsional pendek sangat sederhana. Sebelum kegiatan pembelajaran, guru menyiapkan bahan bacaan yang memuat contoh-contoh kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

Guru di dalam kelas membagikan bahan bacaan yang telah disiapkannya kepada siswa-siswa. Kemudian guru menjelaskan kegiatan akan dilakukan siswa. Siswa membaca materi secara individual. Setelah siswa membaca, maka guru meminta siswa untuk mengelompokkan yang termasuk kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Siswa satu persatu menuliskan di papan tulis yang termasuk kalimat langsung dari bahan bacaan yang dibacanya. Kegiatan dilanjutkan dengan mengelompokkan kalimat langsung yang benar, dan kalimat langsung yang salah yang terlah ditulis siswa di papan tulis.

Setelah itu, kalimat-kalimat yang salah dihapus. Di papan tulis tinggal beberapa kalimat yang merupakan kalimat langsung yang benar. Kalimat-kalimat yang salah, dimasukkan dalam kolom yang lain. Siswa diminta untuk mengamati contoh-contoh kalimat yang tertulis di papan tulis. Siswa diminta mengamati kalimat-kalimat yang ada di papan tulis yang benar yang termasuk katagori kalimat langsung. Siswa membuat contoh-contoh kalimat langsung lain yang belum ditulis di papan tulis. Siswa membuat contoh kalimat langsung dengan kata-katanya sendiri.

Contoh kalimat yang disusun siswa dianalisis bersama antara guru dan murid. Siswa dan guru bertanya jawab, cirri-ciri kalimat langsung dan kalimat tak langsung berdasarkan contoh-contoh yang ada di papan tulis. Siswa menyebutkan tanda baca yang perlu di tulis dalam kalimat langsung. Menyebutkan cara menuliskan huruf capital dalam kalimat langsung. Setelah itu siswa dan guru menyimpulkan cirri-ciri yang termasuk katagori kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Siswa menulis kesimpulan pengertian kalimat langsung dan tak langsung. Kemudian siswa mengerjakan tugas membuat contoh-contoh kalimat langsung dan tak langsung di buku tugas masing-masing secara individu.

II. URAIAN KOMPONEN

A. SINTAKS

Tahap-tahap model induktif meliputi:

1. Mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan dengan topik atau masalah.

Langkah ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan topik dalam pembelajaran yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak diajarkan. Misalnya: bacaan tentang masalah tentang kalimat langsung dan kalimat tak langsung.

2. Mengelompokkan objek-objek ini menjadi kategori-kategori yang anggotanya memiliki sifat umum.

Kegiatan ini mengelompokkan materi sesuai dengan masalah yang dibahas. Kegiatan mengelompokkan materi dalam bacaan yang termasuk kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Kegiatan ini mendorong siswa untuk memahami klasifikasi yang termasuk kalimat langsung maupun kalimat tak langsung.

3. Menafsirkan data dan mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut bisa dimanipulasi secara simbolis.

Materi-materi yang telah diklasifikasikan sesuai dengan cirri-cirinya tersebut, kemudian dipahami secara teoritis tentang kategori-kategori dari materi tersebut. Misalnya kategori kalimat langsung memiliki cirri-ciri baik dari segi penulisan, tanda baca, maupun ejaan yang tidak sama dengan cara penulisan kalimat tak langsung.

4. Mengubah kategori-katagori menjadi keterampilan atau hipotesis-hipotesis.

Berdasarkan kategori materi yang telah di dapat dari beberapa contoh yang umum sampai yang spesifik tersebut, siswa dapat menentukan ikhwal materi menjadi suatu keterampilan atau konsep siswa tentang kalimat langsung dan kalimat tak langsung. Siswa dapat menentukan sendiri kalimat-kalimat langsung maupun tidak langsung sesuai dengan klasifikasi materi-materi terebut. Termasuk pula siswa dapat mengubah dari kalimat lanngsung menjadi kalimat tak langsung.

Tip-tip mengajar induktif menurut Bruce Joyce (2011: 112) antara lain:

1. Praktik, praktik, dan praktik.

2. Amati dan kaji bagaimana siswa berpikir.

3. Cobalah untuk terus membantu siswa belajar bagaimana cara belajar.

4. Proses induktif membawa anak-anak untuk mengksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajar yang berlatih untuk menguasahi bidang tersebut.

5. Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya disajikan dalam kalimat-kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis aktivitas dekat yang dibawa untuk diyakinkan bahwa ada makna / arti yang dibangun.

6. Gunakan model ini dalam bidang-bidang kurikulum.

7. Pastikan seperangkat data memiliki sajian ciri atau sifat, baik untuk pembentukan konsep maupun pencapaian konsep.

8. Berhati-hatilah anda saat mengajarkan kalimat lengkap atau tak lengkap. Ajaril;ah subjek dan predikat terlebih dahulu.

9. Membedakan antarafakta dan pendapat mungkin cocok untuk eksplorasi singkat.

10. Dalam ilmu sains, cobalah fokus pada benda-benda di mana siswa dapat mengumpulkan data mentah.

11. Siswa dapat membuat atau mendapat katagori-katagori yang berciri ganda

12. Dalam mengajarkan konsep-konsep seperti adverb, adjektif, frasa, klausa, harus diingat bahwa di setiap konsep itu terdapat banyak sub katagori.

13. Berilah penekanan ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit.

14. Mempelajari ciri-ciri sesuatu, seperti karakter dalam cerita, dapat menjadi inisiatif masalah yang menarik.

15. Kembali pada karakteristik-karakteristik

16. Pertimbangkanlah jika ingin menyajikan objek dengan tatanan yang cukup rumit pada awal pengajaran.

B. SISTEM SOSIAL

Atmosfir kelas bersifat kooperative. Saat guru dianggap sebagai inisiator tahap-tahap pengajaran dan penentu rangkaian aktivitas pembelajaran maka dia harus bertanggung jawab melakukan control pada siswa dengan cara kooperative. Pembelajaran dilakukan secara kelompok, sehingga pemahaman siswa dapat diperoleh dengan saling membantu antara anak yang satu dengan lainnya. Siswa dapat melakukan kerja sama dalam menyusun kategori materi sesuai dengan ciri-ciri umum sehingga diperoleh cirri yang khsusus untuk dikembangkan menjadi l;ebih luas dalam pengalaman siswa sampai siswa dapat menguasahi konsep baru suatu materi.

C. PERAN GURU

Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, pembimbing, moderator, serta sebagai organisator terhadap kegiatan siswa untuk belajar secara induktif sampai konsep benar-benar dikuasai siswa.

Hilda Taba memberikan pedoman pada guru dalam memberikan tanggapan dan respon di setiap tahap pengajaran, antara lain:

1. Guru harus yakin bahwa tugas-tugas kognitif tersebut muncul dengan instruksi yang optimal dan juga pada saat yang tepat.

2. Guru harus mengkaji seperangkat data secara utuh sebelum melakukan katagorisasi, lalu dilanjutkan dengan mencari hubungan-hubungan.

3. Tugas mental guru adalah memonitor bagaimana siswa memproses informasi dan kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan .

4. Tugas penting guru adalah merasakan kesiapan siswa untuk menjalani pennglaman-pengalaman dan aktivitas-aktivitas kognitif yang baru, dengan cara mengasimilasi dan menggunakan pengalaman-pengalaman ini.

D. SISTEM PENDUKUNG

Data mentah untuk dianalisis, lembar tugas,bahan bahan bacaan, chart. Media dapat berupa media audio maupun visual sesuai dengan materi yang hendak diberikan pada siswa. Fasilitas yang tersedia di sekolah sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses pembelajaran secara induktif.

E. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING

Model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk me gajarkan konse-konsep dan cara penerapannya (generalisasi) padda mereka. Model ini mengajar minat siswa logika, minat pada bahasa, dan arti kata-kata, dan minat pada sifat pengetahuan. Dampak instruksional meliputi: 1) informasi, konsep, keterampilan, pembentukan hipotesis, 2) proses-proses pembentukan konsep, 3) konsep dan system konseptual, dan penerapannya.

Sedangkan dampak pengiring dari model induktif adalah: spirit penelitian, kesadaran atas sifat pengetahuan, berpikir logis, serta terbentuknya nilai-nilai pendidikan karakter pada diri abak didik.